Senin, 03 Maret 2014

Belahan hati yang telah pulang

Setiap makhluk hidup yang namanya manusia dicptakan di dunia ini secara berpasang-pasangan. dan itu bagian dari takdir yang jauh sebelumnya telah tertulis di Lohmahfus bhawasanya lahir, nikah, mati itu sudah tercetak.  Setelah puluhan tahun mengarungi bahtera hidup bersama-sama membangun rumah tangga mulai dari dasar hingga menjadi bangunan keluarga yang kokoh berdiri, dengan berbagai peristiwa yang telah dilaluinya menjadikan pribadi yang seblumnya berbeda menjadi satu hingga tidak dapat dipisahkan bagai magnet yang saling merekatkan, menarik, satu sama lain. Ketika pasangan hidupnya dipanggil yang kuasa saat itulah wajah layu yang tampak tak berdaya menerima kenyataan ini.

Selasa, 30 Juli 2013

Penyakit kelemahan otot gerak Kaki, Tangan


Ini adalah kisah nyata tentang isteri saya yang  dialami beberapa bulan yang lalu di tahun 2012-2013. Maksud dan tujuan kami tulis kisah ini, barangkali berguna bagi kita apabila ada kesamaan atau kemiripan  riwayat penyakit yang diderita di kita atau anggota keluarga kita bahkan teman dekat atau saudara kita.
Penyakit ini bisa dibilang langka, namun tidak menutup kemungkinan bisa terjadi keluarga kita atau disekitar kita, menurut informasi kesehatan dunia bahwa penyakit ini menimpa 1 : 200 ribu, artinya dari 200 ribu orang kemungkinan terjadinya pada 1 orang yang mengidap penyakit yang serupa. 

Dilingkungan kedokteran dikenal dengan gangguan syaraf atau Polymiopatic atau kelemahan otot secara menyeluruh di bagian tubuh terutama otot gerak kaki, tangan dan pernafasan, beberapa dokter yang berbeda-beda telah mendiagnose jenis dan nama penyakit tersebut seperti : Polimyopatic, Gangguan auotoimun, Guillain Barre Syndrome (GBS) atau sejenis penyakit Lupus,  dll

Pada awal terjadinya penyakit ini penderita merasakan untuk berjalan kaki terasa berat dan terasa lemah nggak ada tenaga atau terjadi kelemahan otot kaki,  yang ditandai dengan makin terasa berat untuk digerakan, dengan hitungan hari dan bulan makin lama makin lemah, yang tadinya bisa berjalan jauh makin lama makin berkurang jarak yang bisa ditempuh.

Dari hasil test darah utama diketahui adanya kelainan autoimun, dimana mestinya dikatakan normal jika hasilnya Negatif namun dari hasil testnya ternyata positif, artinya autoimun atau kekebalan dalam tubuhnya tidak normal. Sehingga yang terjadi fungsi autoimun mestinya melindungi sel-sel tubuh dari serangan radikal bebas atau sel asing yang tidak diperlukan,  ketidaknormalannya itu autoimun/ kekebalan tubuh  yang berlebih menyebabkan terjadinya penyerahan kepada semua sel-sel tubuh, baik itu sel-sel yang buruk atau sel-sel yang baik, dan tidak bisa membedakan keduanya apakah itu merugikan atau menguntungkan bagi tubuh, sebagai ilustrasi bahwa dalam suatu Negara terdiri dari pemerintahan, presiden, rakyat biasa, tentara, penjahat dll, dalam hal ini tentara atau polisi yang mempunyai persenjataan untuk mengamankan negara dan rakyatnya, tapi  melakukan pembunuhan kepada siapa saja yang ada di Negara itu, tidak bisa membedakan mana orang yang jahat atau orang yang baik, yang semestinya tentara/ polisi itu memberantas orang-orang yang melakukan kejahatan saja, namun ternyata tidak demikian halnya.
Dalam  perjalanan ihtiar yang telah kami  lakukan sudah melalui jalur medis, herbal dan spiritual, namun dalam perkembangannya dari hari ke hari, bulan ke bulan tidak merubah menjadi kebaikan tatapi apa yang terjadi semakin menurun kemampuan gerak kaki dan tangannya. 

Dari sisi medis telah beberapa kaki kunjungi dokter dokter yang ada di Surabaya dari dokter umum sampai dengan spesialis  bahkan professor, baik berobat dari rumah sakit yang kecil sampai dengan rumah sakit yang besar. Al hasil sepulang dari berobat dan opname di beberapa rumah sakit kemampuan si pasien tidak menjadi lebih baik, seakan-akan dengan pemberian obat dengan merk a s/d z, dari yang murah s/d yang mahal tidak ada  pengaruhnya.
Pengobatan segala merk herbal pun telah kami coba yang namanya propolis, Jinten, vitamin tulang dari kerang laut,  sari kelapa, kelapa bakar, rebusan daun duwet, kulit manggis dan sederet nama bahan herbal telah kami coba, namun lagi-lagi tidak berdampak.    

Terapi dari medis berupa fisioterapi yang dilakukan di rumah sakit atau di rumah telah dilakukan berkali-kali bahkan alat-alat terapi non medis seperti : sinar biodisk, pijat reflexi,   pijat akupreser.  pijat refleksi dgn aluminium, pijat dengan  alat listrik, dan semua itu tidak ada hasilnya.
Karena dapat informasi dari tetangga yg diminta mencoba ke para supranatural itupun telah dilakukan lebih dari sepuluh tempat namun juga tidak menyembuhkan.
Pada akhirnya di bulan November 2012 kelemahan otot sudah menjalar dari kaki, tangan kemudian ke otot pernafasan, sehingga menyebabkan susah bernafas, lantas kami bawa untuk rawat inap di rumah sakit, dalam minggu pertama telah diberikan bermacam-macam obat, yang seblumnya telah diperiksa oleh beberapa dokter dengan disiplin ilmu yang berbeda-beda, dari gejala yang muncul awalnya diperiksa oleh dokter jaga, kemudian ditunjuk dokter spesialis penyakit syaraf, spesialis penyakit jantung, spesialis penyakit dalam, spesialis penyakit THT dengan masing2 meresepkan obatnya namun tidak kunjung ada perubahan,  setelah 10 hari kemudian nafas istri yang tidak normal dan tidak sadar diri.

Rumah sakit melakukan tindakan pertolongan bantuan pernafasan dan pasien dipindahkan ke ruang ICU, untuk mendapatkan penanganan medis yang lebih intensif.  Setelah  itu pasien dilakukan pemeriksaan darah ternyata penyebab tak sadarkan diri karena terjadinya keracunan Co2 (Carbondioksida) yang ada di otak, kemudian dilakukan tindakan bantuan untuk mengeluarkan CO2 dari dalam tubuh, itu terjadi karena tubuh sudah tidak bisa lagi melakukan pernafasan normal.

Untuk membantu pernafasan pasien terpaksa dilakukan dengan bantuan mesin yang dimasukan kedalam mulut pasien  selama lebih kurang  2 minggu, namun karena dalam masa itu ternyata  si pasien masih tidak bisa malukan pernafasan sendiri dengan normal. Karena usia alat bantu pernafasan berbatas waktu hanya s/d 2 minggu, karena kalau diterukan akan menyebabkan infeksi di mulut atau di tenggorokan., sehingga ditawarkan kepada keluarga untuk dilakukan tindakan medis lanjutan untuk membantu pernafasan si pasien yakni tracheostomy atau operasi pembuatan lubang di pangkal tenggorokan, dan itupun telah dilakukan karena pertimbangan untuk hak hidup si pasien untuk membantu pernafasannya dan penggunaan alat tersebut bisa digunakan dalam waktu yang lama dan tidak berbatas waktu. Kelangsungan hidup pasien sangat tergantung dengan alat pernafasan tersebut dan sampai dengan sekitar 3 bulan perjuangan dan semangat hidup si pasien dengan segala penderitaan dilakukan tindakan medis dari pengambilan sampel darah, pernafasan yang tidak lancar, terapi geraknya, tusuk jarum dll itu semua tidak merubah status kesehatannya menjadi lebih baik. dan akhirnya si pasien menggalkan keluarga yang dicintai, Allah telah memanggil kembali di sisiNya.


Dan sampai akhir hayatnya penyakit yang diderita tidak diketemukan penyebabnya, bahkan jenis penyakitnyapun tidak diketemukan. Kami sekeluarga selalu berdoa semoga Almarhumah dimulyakan Allah SWT ditempatkan di tempat yang layak disisinya, karena di agama kami Islam kami percaya setiap manusia yang diberi cobaan hidup berupa sakit dan berakhir dengan meninggal dunia, maka dosa-dosanya selama hidup di dunia akan habis dan bersih seperti bayi yang baru lahir. Amin ya robbal alamin.

Untuk para pembaca, kisah nyata ini semua sengaja kami bagikan kepada pembaca semata-mata untuk berbagi dimana barangkali  hal ini terjadi pada kita, keluarga kita atau saudara dan teman kita, yang mungkin bisa membantu menentukan sikap pilihan penanganan pasien penderita gangguan syaraf, agar tidak berkepanjangan dengan konsekuensi-konsekuensi baik untuk si penderita ataupun sisi biaya yang tidak sedikit.

Memang kita percaya bahwa setiap manusia itu sudah ada takdirnya masing-masing terkait dengan rezeki, jodoh dan mati, namun kita sebagai manusia tidak tahu kapan akan terjadi dan wajib bagi kita untuk berusaha atau berikhtiar, dan tentunya dalam berikhtiar perlu kita pertimbangkan dari segala aspek baik itu si pasien, keluarga, dsb.

Dari pengalaman diatas ada hal-hal yang barangkali bisa kami petik yaitu :

  •  Keluarga adalah segalanya, yang perlu kita lindungi dan kita usahakan,   terkait dengan  sakitnya dan kita wajib ikut merasakan penderitaan si pasien selama penanganan medis ybs (empaty), baik itu pilihan pengobatan dan penanganan dari rumah sakit hendaknya pertimbangan pilihannya sesuai persetujuan si pasien lebih diutamakan.
  • Dari pengobatan-pengobatan yang pernah kami lakukan baik itu medis, herbal yang diminum atau berupa alat, pijat refleksi dengan kayu, besi timah, besi yang dihangatkan, alat2 non medis, dan jenis praktek pengobatan lainnya, namun  tidak menjadi labih baik, dan dengan berjalannya waktu makin lama kondisinya makin melemah, artinya segala sesuatu pengupayaan kita semuanya itu tidak terlepas dari kehendak dan seijin Allah SWT.
  • Jenis pengobatan yang belum sempat kami lakukan yakni terapi plasma darah, terapi kolbu atau pengobatan-pengobatan alternatif yang belum kami ketahui, dan Jangan berhenti berusaha mencari dan mencari pengobatan sambil memohon kepada yang maha kuasa untuk kesembuhan si pasien dan berusaha sabar dan tawakal karena semua makhluk hidup itu kepunyaan Allah SWT dan semua itu akan berpulang kerahmatulah sebagai pemilik semesta alam  dan seisinya.
Demikian yang bisa kami bagikan, semoga bermanfaat. Amin.